Bulan Bahasa dan Seni FBS UNESA 2024: Dekan Syafi'ul Anam, Ph.D. Dorong Penguatan Kolaborasi Seni dan Bahasa

Surabaya – Bulan Bahasa dan Seni yang
diselenggarakan oleh Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya
(UNESA) kembali digelar dengan semangat memperkuat sinergi antara seni dan
bahasa sebagai pilar kebudayaan. Dalam acara ini, Syafi'ul Anam, Ph.D.,
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, menyampaikan pentingnya acara ini sebagai
wadah kreativitas dan kolaborasi dalam mengembangkan seni dan bahasa di
kalangan mahasiswa.
Penguatan Bahasa dan Seni di Era
Globalisasi
Dalam wawancaranya, Syafi'ul Anam, Ph.D.
menekankan bahwa festival ini tidak hanya merupakan bentuk apresiasi terhadap
seni dan bahasa, tetapi juga sebagai sarana untuk mempersiapkan mahasiswa
menghadapi tantangan globalisasi tanpa melupakan akar budaya. "Di era
global ini, kita harus bisa membawa seni dan bahasa lokal untuk terus
beradaptasi dan relevan di dunia internasional," ujarnya.
Dekan FBS ini menekankan bahwa salah satu tujuan utama Bulan Bahasa dan Seni adalah mendorong mahasiswa untuk lebih mencintai bahasa dan budaya Indonesia, sembari memanfaatkan teknologi dan kreativitas agar tetap bersaing di tingkat global. "Seni dan bahasa merupakan bagian integral dari identitas bangsa, dan kami ingin mahasiswa FBS menjadi duta budaya yang mampu memperkenalkan kekayaan ini ke dunia luar."

Sinergi Kuat dengan Sekolah
Pascasarjana Seni dan Budaya
Dalam kesempatan ini, Syafi'ul Anam, Ph.D. juga
mengapresiasi kerjasama yang erat antara FBS dengan Sekolah Pascasarjana
Seni dan Budaya, terutama dalam mendukung pengembangan kajian seni dan
bahasa secara akademis. "Kolaborasi antara fakultas dan pascasarjana
sangat penting untuk memastikan bahwa penelitian, pendidikan, dan praktik seni
dapat berkembang secara bersamaan," jelasnya.
Harapan untuk Generasi Muda
Syafi'ul Anam menutup sambutannya dengan
menyampaikan harapannya agar Bulan Bahasa dan Seni dapat terus
menginspirasi generasi muda untuk menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya
Indonesia. "Saya berharap melalui acara ini, kita dapat melahirkan lebih
banyak seniman dan ilmuwan bahasa yang mampu menjaga identitas bangsa di tengah
derasnya arus globalisasi," pungkasnya.
Dengan kehadiran Syafi'ul Anam, Ph.D. sebagai dekan yang visioner, Bulan Bahasa dan Seni FBS UNESA 2024 diharapkan dapat menjadi momentum penting dalam pengembangan kreativitas dan pemahaman kebudayaan bagi generasi muda.
Graha Sawunggaling: Momen Kebangkitan Seni
Pascasarjana dalam Bulan Bahasa FBS UNESA 2024
Surabaya – Rangkaian Bulan Bahasa dan Seni 2024
Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) tidak hanya
merayakan keberagaman bahasa dan budaya, tetapi juga menyertakan momentum
penting, yaitu Tasyakuran dan Pembukaan Graha Sawunggaling yang baru
saja selesai direnovasi. Acara ini memiliki arti mendalam, khususnya bagi
perkembangan kajian seni dan budaya dari perspektif akademis, seperti yang
dilihat oleh Dr. Setyo Yanuartuti, salah satu tokoh penting dalam bidang
Pendidikan Seni S3 di UNESA.
Kajian Seni dari Perspektif
Pascasarjana: Arti Penting Graha Sawunggaling
Dr. Setyo Yanuartuti, dosen senior di bidang
Pendidikan Seni, menekankan bahwa renovasi Graha Sawunggaling sebagai
pusat kegiatan seni memiliki dampak signifikan bagi pengembangan kajian seni di
tingkat pascasarjana. Menurutnya, pembukaan kembali Graha Sawunggaling menandai
babak baru dalam pengajaran dan penelitian seni di UNESA. "Ini adalah
langkah maju untuk menyediakan ruang ekspresi yang lebih luas bagi mahasiswa S3
untuk menguji teori, melakukan eksplorasi artistik, dan menghadirkan inovasi
dalam seni pertunjukan," ujar Dr. Setyo.
Graha Sawunggaling yang baru direnovasi tidak hanya menjadi fasilitas fisik, tetapi juga ruang akademik yang mendukung kolaborasi antara teori dan praktik seni. "Dengan tersedianya fasilitas yang memadai, kami sebagai dosen di jenjang S3 dapat mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam mengintegrasikan penelitian seni dengan penampilan langsung. Ini sangat penting untuk memberikan perspektif nyata tentang seni dan budaya, terutama dalam konteks pembelajaran di era digital," tambahnya.
Tasyakuran sebagai Simbol
Pemulihan dan Harapan
Pembukaan Graha Sawunggaling diiringi dengan Tasyakuran
dan Khatmul Quran, yang diadakan sebagai bentuk rasa syukur atas
terselesaikannya renovasi gedung ini. Acara ini membawa makna spiritual yang
dalam, terutama bagi komunitas seni di UNESA yang telah lama menantikan
kembalinya gedung ini sebagai pusat aktivitas seni.
Dr. Setyo Yanuartuti menyoroti bahwa acara syukuran
ini memiliki simbolisme kuat. "Tasyakuran ini adalah simbol harapan dan
kebangkitan, tidak hanya bagi fisik gedung yang telah diperbaiki, tetapi juga
bagi kebangkitan seni dan budaya di lingkungan akademik. Ini memberi energi
baru bagi kajian seni di tingkat S3, di mana mahasiswa diharapkan dapat lebih
kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kajian seni kontemporer dan
tradisional," jelasnya.
Pengaruh Graha Sawunggaling
Terhadap Perkembangan Pendidikan Seni
Dr. Setyo Yanuartuti percaya bahwa keberadaan Graha
Sawunggaling dengan kapasitas barunya akan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan pendidikan seni, khususnya di tingkat pascasarjana. "Kehadiran
fasilitas yang lebih baik memungkinkan kami untuk mengadakan lebih banyak
penelitian praktis. Graha ini akan menjadi laboratorium hidup bagi para
mahasiswa dan dosen dalam menciptakan karya seni yang tidak hanya berorientasi
pada estetika, tetapi juga pada kajian kritis dan akademis," kata Dr.
Setyo.
Sinergi Seni dan Pendidikan dalam
Bulan Bahasa
Dalam rangkaian Bulan Bahasa, acara ini juga
menunjukkan sinergi antara seni, bahasa, dan budaya. Dari perspektif Pendidikan
Seni, Dr. Setyo Yanuartuti menegaskan pentingnya mengaitkan studi bahasa
dengan seni dalam konteks kebudayaan yang lebih luas. "Bulan Bahasa dan
Seni ini adalah platform yang sempurna untuk menunjukkan bahwa bahasa tidak
bisa dipisahkan dari seni, karena keduanya adalah pilar utama dalam membangun
identitas budaya dan ekspresi diri di tengah masyarakat," pungkasnya.
Dengan hadirnya Graha Sawunggaling yang telah
direnovasi, UNESA tidak hanya memperkaya fasilitas seni tetapi juga mendorong
kemajuan pendidikan seni di Indonesia, khususnya bagi mahasiswa S3 yang fokus
pada pengembangan seni dan budaya.
Reporter: ipoenkbadhoet
Editor: Syaiful Qadar Basri
@ipoenkbadhoet